
Penulis : Adri M.Fatwa
Manakarra news--Sekelumit kejahatan di daerah provinsi Sulawesi Barat (Sulbar), menempatkan kejahatan konvensional sebagai kasus yang signifikan terjadi dalam kurun waktu tahun 2015-2016.
Tindakan kriminal
tersebut adalah kasus curian motor (curanmor), kasus pencurian dengan
pemberatan (curat), kasus pencurian dengan kekerasan (curas) yang terhitung
sejak tahun 2015 hingga saat ini.
Perilaku kriminal itu
dengan modus yang berbeda, serta jika dihitung dalam persentase, disebutkan
trend dalam jangka waktu selama 24 bulan atau dua tahun hingga 115 persen.
“Catatan kita tentang
kejahatan konvensional curat, curas, curanmor itu naik signifikan tapi
perilakunya yang berbeda atau modusnya, dan curas dari yang tadinya tidak ada
naik hanya ada 1 atau hingga menjadi 13 kasus, Kalau nengok persentasenya naik
sekali, kalau curat agak lumayan naik 115 persen” Ungkap Mantan Kepala
kepolisian daerah Sulbar Brigjen. Pol. Lukaman Wahyu yang saat ini telah di
gantikan oleh kapolda baru Brigjen. Pol. Nandang di hotel Maleo dalam
konferensi pers Polda Sulbar Akhir tahun 2016. Rabu (21/12/16).
Ke dua kata Lukman
kejahatan urgensi kasus narkoba, bila di dalami lebih jauh Lukman mengarahkan
kepada kasus tindak kepolisian yang terlibat, baik itu pengguna maupun
jaringan narkoba.
“khusus narkoba tidak
terlalu signifikan, dan mungkin kita sudah tahu memutus jaringan narkoba
langkah internal dua bulan sudah lakukan yang hadapkan pembinaan internal ini
sangat efektif, karena polisi yang memakai dan kadang-kadang menjadi kurir
akhirnya agak menjauh dari organ polisi”Jelasnya.
Ketiga adalah
tentang kejahatan kontigensi terutama dalam konflik sosial di mana, potensi
konflik sosial di sebutkan ada permasalahan agraria, khususnya di Donggala dan
Pasangkayu yang di ketahui selama ini menyangkut soal adanya lahan yang
menjanjikan juga selain lahan yang kosong , termasuk lahan sawit
khususnya di Mammuang.
“Insha Allah mammuang
itu dan itu sudah di laporkan pak kapolda rencanannya Mammuang itu CV
dari pada astra dari unggul sudah mau kita kumpulkan kita mau lihat bagaimana
yang di dorong oleh rakyat ini, yang di dorong oleh kelompok massa ini, atau
kelompok yang lain di luar itu, kita mau rapatkan melihat legal
standingnya, kalau ngaku-ngaku semunya pengen ngaku, tapikan kalau legal
standingnya pasti ada dan kita adakan rapat apa sebenarnya persoalannya itu bukan persoalan Batas"Ungkapnya.
Ke Empat atau yang
terakhir adalah antisipasi bencana alam, untuk itu kata dia, saat ini Polda
Sulbar telah berkoordinasi bersama stakeholder terkait untuk mengantisipasi
bencana alam terutama saat musim penghujan.
“Yang ke empat potensi
konflik bencana alam, sekarang koordinasi sama Basarnas, saat ini yang perlu
kita antisipasi masalah hujan khsusnya tanah longsor di dua titik yang paling
kita antisipasi , dari arah Polman ke Mamasa, ada dari Mamuju ini arah ke
mamasa lewat Mambi itu semua yang sudah kita antisipasi lewat alat-alat berat
dari PU Mamasa serta maupun mamuju sudah, mamuju dan Majene itu sudah standing
di sendana”Tutupnya.
