Manakarra News.com, Mamuju — Anggota DPD RI asal
Sulawesi Barat, Muhammad Asri Anas menyampaikan materi tentang Negara Kesatua
Republik Indonesia (NKRI) dan menceritakan sejarah terbentuknya Indonesia di
hadapan ratusan pelajar dari SMA Negeri 3 Mamuju, Rabu 30 November 2016.
Dalam kesempatan itu, Asri menjelaskan,
berdasarkan perjalanan sejarah Bangsa Indonesia, pada saat digulirkannya tanam
paksa (Cultuure Stelsel) tahun 1615 oleh pihak Belanda, telah menyebabkan
hancurnya struktur tanah yang dimiliki pribumi, dimana tanah sebagai modal
dasar pribumi dalam menjalankan segala aktivitasnya.
Kata Asri, dengan adanya tanam paksa
yang diterapkan telah mengubah jenis tanaman pribumi dengan jenis tanaman yang
didatangkan dari Eropa yang nota bene tidak dikuasai oleh pribumi. Hal ini
menyebabkan pribumi tidak lagi mampu mengelola tanah yang dimilikinya dan tidak
mengerti jenis tanaman yang berasal dari Eropa, sehingga pribumi pada saat itu
terbodohkan, termiskinkan, terbelakang dan tertindas.
"Jadi, hal inilah kemudian yang
dimanfaatkan oleh pihak Belanda untuk membangun pemerintahan yang dinamakan
Hindia-Belanda, guna mengatur kehidupan pribumi yang semakin tertindas, yang
pada akhirnya terjadilah sistem kerja rodi untuk mengeksplorasi hasil bumi yang
ada di Indonesia," ucap Asri di hadapan ratusan pelajar itu.
Asri melanjutkan, pada awal tahun 1900
pemerintah Hindia-Belanda menerapkan kebijakan politik ethis sebagai bentuk
balas budi kepada pribumi dengan mengadakan suatu sistem pendidikan di wilayah
Indonesia.
"Akan tetapi karena biaya yang
dibebankan untuk pendidikan ini terlalu mahal, makanya tidak semua pribumi
mampu menikmati pendidikan yang diterapkan di Indonesia. Dari sinilah terbangun
strata sosial di dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Adapun bentuk strata
sosial tersebut telah memposisikan pribumi sebagai kaum mayoritas berada pada
kelas terbawah, kelas di atasnya adalah ningrat-ningratnya pribumi dan para
pendatang dari Asia Timur (Cina, India, Arab, dsb), kemudian kelas teratas
adalah orang-orang Eropa dan kulit putih lainnya," jelasnya.
Hal ini, kata senator dua p[erode itu,
kemudian menjadikan pribumi sebagai kaum mayoritas semakin terbodohkan,
termiskinkan, terbelakang dan tertindas. Sehingga pada tahun 1908, Dr. Soetomoe
membangun pendidikan bagi kaum pribumi secara informal dan gratis dengan nama
Budi Utomo sebagai bentuk kepedulian terhadap pribumi yang semakin tertindas.
"Pada akhirnya pendidikan pribumi
tersebut diteruskan oleh Ki Hajar Dewantara dengan mendirikan Taman Siswa pada
tahun 1920 secara formal, pendidikan pribumi yang di jalankan oleh Dr. Soetomoe
dan Ki Hajar Dewantara telah membangkitkan jiwa-jiwa kebangsaan dan persatuan
untuk melakukan perlawanan kepada Belanda, yang pada akhirnya mengakumulasi
lahirnya Bangsa Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1928 melalui momen Sumpah
Pemuda pada kongres Pemuda II di Jakarta yang berasal dari Jong-jong atau
pemuda-pemuda dari berbagai kepulauan di Indonesia yang memiliki komitmen untuk
mengangkat harkat dan martabat hidup Orang-orang Indonesia (pribumi),"
terangnya. (AMF).

