Sebuah catatan
Kongres PMII ke-XIX, yang dilaksanakan di Kota Palu, Sulawesi Tengah, 16-19 Mei
2017 kemarin.
Selamat
Kepada Katua Umum Demisioner PB PMII
Selamat kepada
Ketua Umum Demisioner PB PMII, sahabat Aminuddin Ma’ruf. selamat karna telah
berhasil memimpin PMII selam satu periode dengan berhasil membangun Kantor PB
PMII, menjadi gedung yang bertingkat, tentu itu bukan anggaran yang sedikit,
kami memaklumi bahkan tak berfikir negatif, bahwa bukan karna anggaran yang
banyak itu, sehingga Kepengurusan Ketum Demisioner lupa mendorong Ide dan
Gagasan yang bersifat resolusi maupun kritis.
Selamat, karna
Kepengurusan Ketum Demisioner PB PMII juga berhasil menertibkan administrasi
PMII secara nasional, meskipun karna ketertiban administrasi tersebut, kepengurusan
anda harus mewariskan konflik dibeberapa Cabang dan Koordinator Cabang,
meskipun diwilayah Cabang dan Wilayah PKC tempat penulis, ber-PMII tidak sedang
menerima warisan Konflik, tetapi penulis cukup mendengar keluh kesah dari
beberapa sahabat-sahabat PMII dari berbagai cabang dan PKC di sudut-sudut
warung kopi di arena kongres PMII yang ke-XIX.
Selamat juga
karna berhasil melaksanakan Kongres PMII di Bumi Tadulako dengan meninggalkan
Jejak Kontroversi, yang hingga kini nama “Aminuddin Ma’ruf” sang pemimpin PB
PMII 2014-2017, sempat menjadi tranding topic, atas sambutan anda sebagai Ketua
Umum PB PMII, dan akibat sambutan itu juga, PMII dapat di ukur, oleh orang lain
yang bukan saja internal Keluarga Besar NU tetapi juga kelompok lain di negeri
ini, bahwa inilah ekspresi sang pemimpin PMII (Organisasi yang katanya disegani
dibangsa ini). “inilah ukurannya”. kalau orang merespon wacana yang berkembang
diluar, yang katanya PMII ini adalah kepalanya NU, nah inilah Kepalanya NU
tersebut. Sekali lagi, Selamat Ketum Demisioner Aminuddin Ma’ruf, sudah
melaksanakan amanah sebagai Pemimpin PB PMII, dengan
sukses melaksanakan Kongres PMII dan hanya lebih dari 10 Peserta Kongres yang
menolak LPJ. Sebagai pemimpin, anda telah sukses meninggalkan beberapa warisan.
Selamat telah
memenangkan Kongres dengan suara dukungan peserta Kongres terbanyak yaitu 64
suara di putaran pertama dan 165 Suara pada putaran terakhir, dari 244 suara
(PC/PKC). Penulis dan kita semua berharap, bahwa semoga PMII kedepannya tidak
lagi mengaminkan politik transaksional berlangsung di Arena Kongres PMII
kedepannya. Sebagai organisasi kekaderan yang didalamnya ada misi kebangsaan
dan keislaman didalam dirinya, maka penulis sebagai Kader Pergerakan Mahasiswa
Islam Indonesia, tentu sangat berharap bahwa PMII mampu menjadi produsen
Ide-ide dan Gagasan yang menjadi kebutuhan nation of state Indonesia yang
tengah kita perjuangkan ini.
Sahabat Agus
Herlambang, Ketua Umum Terpilih PB PMII masa khidmat 2017-2019, kami percaya
bahwa sahabat Agus Herlambang, yang mampu merebut kepemimpinan nasional dari
wadah angkatan muda NU ini, bahwa dibawah kepemimpinan anda, PMII akan
melakukan lompatan-lompatan tinggi, lompatan yang melampaui gerak PMII yang
dibeberapa bidang mengalami stagnasi perjuangan pergerakan. Sekali lagi,
Selamat dan Sukses kepada sahabat Agus Herlambang, sebagai pemimpin nasional
kami.
Mungkin
lantaran penulis bukan peserta Penuh ataupun peserta Peninjau pada Kongres PMII
yang ke-XIX Di Kota Palu 16-19 Mei 2017 Kemarin, tapi meski demikian, sebuah
perspektif dari seorang Romli Kongres PMII, masih dapat menjadi acuan kerja PB
PMII dimasa kepengurusan kedepennya, atau setidaknya sebagai acuan PMII dalam
kongres selanjutnya. Berikut secarcik catatan Kongres PMII yang coba untuk
penulis narasikan dari kepala penulis :
Pertama, bahwa
Kongres PMII XIX kemarin, kami merasa seperti teroris yang harus dijaga oleh
ribuan Aparat Keamanan yang berseragam Abu-abu coklat.
Kedua, Arena Kongres bahkan nyaris tak berbau forum Nasional sama sekali, di arena kongres PMII kemarin, peulis justru merasa tergelitik dengan adanya kekosongan jadwal selama 1 hari, seolah-olah kita menganggap, bahwa dibangsa ini tidak ada persoalan kebangsaan yang kita hadapi sebagai negara bangsa, atau mungkin kita menganggap bahwa PMII tidak sedang merasa bertanggung jawab atas fakta Indonesia yang sedang dalam keadaan krisis multidimensi ini.
Kedua, Arena Kongres bahkan nyaris tak berbau forum Nasional sama sekali, di arena kongres PMII kemarin, peulis justru merasa tergelitik dengan adanya kekosongan jadwal selama 1 hari, seolah-olah kita menganggap, bahwa dibangsa ini tidak ada persoalan kebangsaan yang kita hadapi sebagai negara bangsa, atau mungkin kita menganggap bahwa PMII tidak sedang merasa bertanggung jawab atas fakta Indonesia yang sedang dalam keadaan krisis multidimensi ini.
Ketiga, bahwa
kekosongan aktifitas peserta kongres hingga 1 hari full, dan berkurangnya
(karna sebagian peserta sudah pulang) peserta kongres saat sidang pembahasan
AD/RT dan sidang Komisi Pembahasan program Kerja PB PMII masa Khidmat
2017-2019, memberikan pesan kepada kita semua, bahwa PMII hari ini telah
menyepelekan konstitusi PMII itu sendiri dan tidak menganggap penting kerangka
acuan kerja PMII kedepannya.
Bahwa yang
terutama dalam forum musyawarah tertinggi PMII seperti Kongres adalah hanya
pemilihan Ketua Umum saja. tentu ini adalah fakta tentang kemunduran PMII
dilevel nasional.
Keempat, belum
adanya kejelasan PMII, apakah kembali menjadi banom atau tidak. Ini artinya
PMII menyepelekan sesuatu yang seharusnya penting untuk dirumuskan bersama.
Bahwa seolah-olah yangterpenting adalah politik organisasi.
Bahwa
seyogyanya, PMII secara nasional, bergerak dengan nalar yang layaknya barisan
muda, yang mengerti problem nasional dan paham gerak laju situasi global.
Sehingga mengerti apa yang meski dilakukan. Sehingga pada tulisan ini, penulis
dan kita semua berharap bahwa PMII secara nasional, pada masa kepengurusan
kedepan, semoga mampu mengemban amanah yang besar ini. Yaitu amanah
ke-Bangsa-an dan ke-Islam-an dipundak PMII itu sendiri. Dan untuk
sahabat-sahabat PMII yang ada di Indonesia Timur, mari kita eratkan kembali
bangunan Simpul Kaderisasi PMII yang pernah terbangun dan bangunan konsolidasi
gerakan yang juga pernah terbangun dilevel Indonesia Timur. Kini saatnya, kita
rapikan barisan kembali dan memperlihatkan kembali bagaimana barisan dari Timur
untuk NU-santara membawa ide, gagasan dan visi untuk merebut kepemimpinan
nasional. soal figur adalah poin terakhir, yang terpenting adalah kita punya
visi dan membawa gagasan besar.
Salam
Pergerakan PMII Indonesia Timur
Referensi : Mediaekspres.com