Makna Pesan Simbolis di Demo Jilid Kedua AWAS -->
Sabtu, 10 Mei 2025
Cari Berita

Advertisement

mail@xmlthemes.com

Makna Pesan Simbolis di Demo Jilid Kedua AWAS

Saturday, May 5, 2018


Headline - Perspektif 
Adri Fatwa - Greidsmediacom

Greidsmedia.com, Perspektif - Tajamnya perbedaan pendapat, mengenai aksi demo Jilid II AWAS memunculkan riak-riak dimedsos, namun bagi saya pribadi makna simbolis dalam demo itu adalah hal yang wajar.

Meski mendapat perhatian yang cukup, pesan simbolis itu menjadi bagian penting untuk menyampaikan unjukrasa, tujuan utamanya adalah aspirasi dan sebagai bentuk kekecewaan media terhadap Pimpinan lembaga perwakilan BI Sulbar Dadal Angkoro.

Bagi saya, seorang pucuk pimpinan tidak boleh melakukan hal yang kurang  baik dimata publik, apapun bentuknya, terlebih jika itu dilakukan kepada media yang memegang peran vital di Republik ini, khususnya di Sulbar.

Pesan candaan Profesi Wartawan yang membawa petaka adalah bentuk kesombongan dan keangkuhan pribadi pak Dadal Angkoro. Tak pelak menjadi nilai tambah negatif, media disulbar dicap sebagai pembawa berita hoaks, dan terkesan  salah niat buat berita.

Saya akan sedikit bercerita dari mana awal Pakaian dalam wanita yang menjadi simbolis gambaran pimpinan itu. Diawali dengan pesan grup WhatsApp "BI bersama Media" maka wartawan meminta klarifikasi, media apa saja yang disebutkan, namun diluar dugaan kami sebagai pewarta merasa sangat dilecehkan, pak Dadal lari dari tanggungnya jawabnya sebagai seorang pimpinan. Dia  (Dadal Angkoro) menghapus pertemenan dengan pewarta yang ingin mengklarifikasi statemennya.
Klarifikasi malah dianggap sebagai pesan "SPAM WhatsAPP" artinya pesan sampah, namun kami membalasnya aksi "DEMONSTRASI". Lempar batu sembunyi tangan  diringi pesan jumawa dan keangkuhan.

Itulah mengapa kami menggambarkan makna simbolis itu memakai aksesoris pakaian dalam wanita, terkesan Banci, namun memperlihatkan topengnya dihadapan publik, tidak legowo dengan kata maaf yang tebuka secara personal, namun menginginkan maaf dengan perantara, artinya tidak Gentleman dan enggan mengakui kesalahan.

Dan sampai saat ini permintaan maaf rupaya itu sudah telambat, kami sudah membuka ruang sebelum demontrasi yang kami sebut Jilid I, hingga akhirnya sampai di Jilid III, dan terus belanjut untuk memukul meja.

Wassalam.

Penulis : Adriansyah, Reporter Radio RBFM sekaligus pengelola Blog Domain Greidsmedia.com



Loading