Ada banyak cara untuk melakukan protes. Beberapa kalangan
menggunakan benda-benda tertentu sebagai wujud protes. Ada yang menggunakan koin, sandal jepit,
kerbau, keranda mayat, dalaman perempuan hingga tikus untuk meneriakkan
tuntutan keadilan dimuka umum.
Aliansi Wartawan Sulawesi Barat (AWAS) pun melakukan alat
peraga Dalaman Perempuan didepan gedung kantor Bank Indonesia (BI) Perwakilan
Sulawesi Barat tepat pada tanggal 2 Mei 2018.
Mengarak dalaman perempuan ini bukan sama sekali berniat
menghina pemakai dalaman, tetapi itu merupakan simbol bahwa kepala BI
perwakilan Sulbar bukan pribadi pemimpin yang bijaksana dan bahkan sama sekali
tidak lantang memberikan klarifikasi atas tuntutan massa aksi.
Beberapa wartawan yang tergabung dalam AWAS setelah aksi perdana
pun berupaya meminta klarifikasi pada pimpinan BI Sulbar, Dadal Angkoro melalui
telpon dan bahkan menyambangi kantornya di jalan Andi Pettarani, Mamuju. Namun,
lagi-lagi upaya itu gagal lantaran telponnya dimatikan. Sejatinya, pimpinan BI
memberikan klarifikasi terbuka atas ciutannya pada group WhatsApp yang terkesan
menghina profesi wartawan yang ada di Sulbar.
Berangkat dari berbagai alur persoalan yang tak kungjung tuntas
inilah sehingga pada rangkaian aksi AWAS jilid II, dalaman perempuan dijadikan
simbol kepribadian Dadal Angkoro yang tidak satria layaknya seorang kepala
rumah tangga yang wajib bertanggungjawab atas segala persoalan yang timbul
dilingkungan keluarganya sendiri. Pemimpin yang memiliki kepribadian Malaqbiq
tentu lebih hati-hati dalam menyampaikan pendapat, apalagi jika menyinggung
profesi lainnya.
Konsep pemimpin Malaqbiq bagi masyarakat Mandar secara umum,
sebetulnya abstrak dan mengalami penafsiran yang terus-menerus. Tak ada catatan
tersendiri yang menyebut malaqbiq dalam teks-teks kebudayaan Mandar. Konsep
siriq lebih dulu muncul, seperti banyak disebutkan dalam lontaraq. Bahkan,
konsep siriq dalam tafsiran masyarakat Bugis-Makassar, digunakan pula dalam
kebudayaan Mandar.
Bagi masyarakat Mandar, tak mudah kiranya menyematkan “To
Malaqbiq” kepada seseorang, terlebih pada pemimpinnya. Sebab, untuk dianggap
sebagai To Malaqbiq, orang tersebut mesti diakui “ke-malaqbi-annya” oleh
beragam lapisan masyarakat. Identitas Orang Mandar, menyebutkan bahwa
dibutuhkan prosedur kultural untuk menjadi to malaqbiq. Olehnya, to malaqbiq
itu sendiri adalah sebentuk piagam sosial yang diberikan langsung oleh
masyarakat. Namun secara umum, mereka yang dianggap sebagai to malaqbiq
merupakan seseorang yang memiliki kelebihan yang tercermin dalam perilaku
sehari-harinya. Kelebihan yang dimaksud adalah sesuatu yang sifatnya positif.
“Saya selaku penulis, menyampaikan permohonan maaf kepada kaum perempuan, khususnya kepada ibu saya sendiri karena ikut mengarak dalaman perempuan ke kantor BI Sulbar. Namun ini hanyalah simbol aksi kekecewaan terhadap sosok pemimpin yang tidak satria mempertanggungjawabkan ciutannya sendiri”
Simbol pria yang tidak bertanggungjawab di tanah Mandar lazimnya
diberi gelar oleh masyarakat “Tani Tommuane Tongan” (Bukan Pria Sejati.red)
sehingga pantas kau disematkan adalah golongan perempuan yang lemah.
Dalam kehidupan sosial di tanah Mandar-Bugis dan Makassar,
tentu banyak dijumpai simbol-simbol yang diterapkan oleh masyarakatnya.
Misalnya di tanah bugis, pakaian bekas dalaman wanita atau Bra malah diikat
pada pohon mangga saat musim bunga tiba. Konon ini dimaksudkan agar bunga
mangga ini mampu bertahan hingga musim panen tiba.
Di tanah Mandar pun demikian
banyak simbol budaya yang diyakini oleh masyarakatnya. Contohnya, ketika ada
ancaman angin puting beliung maka ada salah satu sosok pemuda melepaskan sarung
dan bahkan mencopot seluruh pakaiannya lalu pemuda ini berlari ke bibir pantai
sembari mengumandangkan Adzan agar ancaman bahaya itu tidak terjadi di
kampungnya. Apakah tindakan pemuda ini melakukan porno aksi serta melakukan
penghinaan terhadap agama karena berani mengumandangkan Adzan dalam keadaan
telanjang? bagi masyarakat tentu kelakuaan pemuda itu tidak mencibiri karena
bermaksud ingin menyelamatkan warga dari ancaman marah bahaya ini.
Akhir penutup lembaran opini ini, saya menyampaikan selamat
mempersiapkan diri menghadapi bulan suci Ramadhan, semoga Allah SWT memberikan
pengampunan sehingga kita termasuk hamba yang mendapat kemuliaan dibulan penuh
berkah itu.
Oleh : A.Acho Ahmad Andi Hamid
Mamuju, 5 Mei 2018.
Oleh : A.Acho Ahmad Andi Hamid
Mamuju, 5 Mei 2018.